Ciri-ciri Orang yang
Bertaqwa
Salah satu perintah Allah swt yang banyak
disebutkan dalam al-Qur’an dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw. adalah agar
kita, orang-orang mukmin, berusaha mencapai tingkat/derajat taqwa. Taqwa kepada
Allah swt. begitu penting, karena dengan taqwa ini, seseorang mempunyai
kedudukan yang tinggi di sisi Allah swt. Taqwa adalah buah dari pohon ibadah.
Ia merupakan tujuan utama dari setiap perintah ibadah kepada Allah swt.
Perintah berpuasa misalnya bertujuan untuk meningkatkan derajat ketakwaan bagi
orang-orang beriman. Taqwa yang sesungguhnya hanya diperoleh dengan cara
berupaya secara maksimal melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi
segala larangan-larangannya. Ketaatan ini adalah ketaatan yang tulus, tidak
dicampuri oleh riya atau pamrih.
Banyak sekali ayat-ayat Allah maupun hadis Nabi saw. yang
menekankan perintah untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt. Di antarnya
adalah firman Allah swt. :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ
ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ
مُسْلِمُون
“Hai orang-orang yang
beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah
sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”. QS. Ali Imran
3:102.
Firman Allah tentang kedudukan orang-orang yang bertaqwa:
إِنَّ لِلْمُتَّقِينَ
مَفَازًا
“Sesungguhnya
orang-orang yang bertaqwa mendapat kemenangan”. QS. An-Naba’ 78:
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ
يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا. وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
“Barang siapa bertaqwa
kepada Allah niscaya Dia akan menadakan baginya jalan keluar. Dia memberinya
rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya”. QS. Ath-Thalaq 65: 2-3.
Taqwa kepada Allah artinya mempunyai kesadaran
akan kehadiran-Nya. Allah selalu dekat dan menyertai kita, selalu mengawasi
setiap perbuatan kita sehingga menimbulkan kesadaran agar kita senantiasa
berhati-hati, jangan sampai menyimpang dari tuntunan, ajaran, dan
ketentuan-ketentuan Allah swt. dalam kehidupan keseharian kita. Hal tersebut
akan mendatangkan ketentraman dan ketenangan hati serta kesejahteraan dan
keselamatan baik dalam kehidupan di dunia yang sebentar ini, maupun dalam
kehidupan di akhirat yang langgeng kelak.
Apakah kita sudah berhasil mencapai tingkat
taqwa tersebut? Hanya Allah swt. dan kita masing-masinglah yang mengetahuinya
dengan tepat.
Salah satu ayat al-Qur’an yang membicarakan taqwa adalah surah
al-A’raf ayat 26 sebagai berikut:
يابنى آدم قد أنزلنا عليكم
لباسا يوارى سوءاتكم وريشا ولباس التقوى ذلك خير ذلك من ءايات الله لعلهم يذكرون
“Hai anak Adam,
sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi ‘auratmu dan
pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang
demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan
mereka selalu ingat”.
Dalam ayat ini, Allah menyatakan bahwa Ia telah menyediakan dua
macam pakaian bagi manusia:
Pertama, pakaian lahir yang mempunyai 2 (dua) fungsi pokok, yaitu untuk menutupi aurat atau melindungi fisik orang dari bahaya yang datang dari luar dan (fungsi kedua) sebagai hiasan.
Pertama, pakaian lahir yang mempunyai 2 (dua) fungsi pokok, yaitu untuk menutupi aurat atau melindungi fisik orang dari bahaya yang datang dari luar dan (fungsi kedua) sebagai hiasan.
Para ulama menjelaskan bahwa pakaian lahir yang
disebut dalam ayat itu, di samping pakaian yang kita kenakan sehari-hari,
berarti pula semua kenikmatan duniawi yang dianugrahkan Tuhan kepada kita yang
memang kita butuhkan dalam hidup ini. Misalnya kesehatan badan, penguasaan ilmu
pengetahuan yang luas dan dalam, perolehan rezeki/harta yang cukup, dan
kekuasaan duniawi. Itu semua adalah perkara lahir yang dibuthkan manusia dalam
hidupnya di dunia ini.
Kedua, pakaian batin, atau dalam ayat di atas disebut “pakaian taqwa”.
Pakaian taqwa ini –menurut ayat di atas- ternyata lebih baik dan lebih pentng
ketimbang pakaian lahir. Ini karena pakaian taqwa akan memperindah ruhani, hati
dan jiwa manusia. Pakaian taqwa akan menentukan apakah pakaian lahir tadi
bermanfaat atau tidak. Banyak orang berpakaian lahir, tapai tidak berpakaian
taqwa, maka pakaian lahir tadi tidak memberikan manfaat apa-apa untuknya di
dunia maupun di akhirat.
Al-Hasan al-Bashri, ulama besar yang hidup pada
akhir abad VII M, dalam telaahnya tentang pengertian taqwa yang terkandung
dalam surah al-A’raf ayat 26 di atas, mengungkapkan ciri-ciri orang yag
bertaqwa kepada swt., sebagai berikut:
·
Teguh dalam keyakinan
dan bijaksana dalam pelaksanaannya;
·
Tampak wibawanya karena
seuma aktivitas hidupnya dilandasi kebenaran dan kejujuran;
·
Menonjol rasa puasnya
dalam perolehan rezeki sesuai dengan usaha dan kemampuannya;
·
Senantiasa bersih dan
berhias walaupun miskin;
·
selalu cermat dalam
perencanaan dan bergaya hidup sederhana walaupun kaya;
·
Murah hati dan murah
tangan
·
Tidak menghabiskan waktu
dalam perbuatan yang tidak bermanfaat;
·
Tidak berkeliaran dengan
membawa fitnah
·
Disiplin dalam tugasnya;
·
Tinggi dedikasinya;
·
Terpelihara identitas
muslimnya (setiap perbuatannya berorientasi kepada terciptanya kemaslahatan/kemanfaatan
masyarakat);
·
Tidak pernah menuntut
yang bukan haknya serta tidak menahan hak orang lain;
·
Kalau ditegur orang
segera intropeksi. Kalau ternyata teguran tersebut benar maka dia menyesal dan
mohon ampun kepada Allah swt. serta minta maaf kepada orang yang tertimpa oleh
kesalahannya itu;
·
Kalau dimaki orang dia
tersenyum simpul sambil mengucapkan: “Kalau makian anda benar saya bermohon
semoga Allah swt mengampuniku. Kalau teguran anda ternyata salah, saya bermohon
agar Allah mengampunimu.
Kalau kita mempunya ciri-ciri seperti di atas,
berarti kita pantas merasa telah mencapai tingkat ketaqwaan kepada Allah swt.
dan tentu harus kita pelihara serta tingkatkan terus menerus. Pakaian taqwa
dengan ciri-ciri seperti di atas yang telah kita perjuangkan; menenunnya/merajutnya
dengan susah payah sepanjah hidup kita ini janganlah dirusak lagi. Semoga Allah
swt. menuntun kita masing-masing untuk mencapai tingkat taqwallah seperti di
atas.
Al-Qur’an & Kehidupan
Masa Kini
Al-Qur’an adalah kitab suci yang terakhir dan tersempurna, diwahyukan Allah swt. kepada Nabi Muhammad saw. Sebagai petunjuk untuk keselamatan hidup ummat manusia di dunia dan akhirat. Wahyu tersebut diturunkan Allah ke dalam hati yang suci. Allah berfirman:
تزل به روح الأمين . على
قلبك لتكون من المنذرين.
“Al-Qur’an di bawa oleh
Ruhul Amin ke dalam hatimu (Nabi Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di
antara orang-orang yang memberi peringatan”. (QS. Al-Syu’ara, 26:193-4).
Ayat ini mempunyai makna dan arti bahwa
terjadinya hubungan atau komunikasi antara Allah dan manusia adalah melalui
hati yang suci dan bersih, dan dari hati yang suci itu pulalah orang dapat
menyampaikan dan memberikan peringatan kepada orang lain.
Al-Qur’an adalah kitab suci yang paling belakangan
diturunkan dan tidak ada satu kitab suci pun yang paling terkenal dalam sejarah
dan paling besar pengaruhnya dalam kehidupan manusia, kecuali kitab suci
al-Qur’an. Karena itu, bagi seorang muslim, pemahaman terhadap al-Qur’an
meruapakan suatu kebutuhan yang mendesak untuk menjadi bimbingan dalam
kehidupan kita.
Bafi seorang sosiolog misalnya, pemahaman terhadap al-Qur’an
merupakan suatu hal yang penting mengingat jejak yang telah ditimbulkan
Al-Qur’an sepanjang sejarah masyarakat manusia dan pengaruhnya begitu besar
terhadap kehidupan ummat manusia. Sampai saat ini, al-Qur’an sudah dipahami
dari berbagai bidang ilmu.
Walaupun demikian, kebutuhan seorang muslim
terhadap al-Qur’an dan pemahamannya adalah karena Al-Qur’an merupakan prinsip
dasar agama, prinsip iman dan pemikiran yang dapat memberi arti, dorongan,
kesucian dan semangat dalam hidup. Al-Qur’an adalah sumber pengetahuan yang
paling suci bagi orang-orang yang mau hidup suci.
Karena al-Qur’an adalah petunjuk untuk
keselamatan hidup kita dunia dan akhirat, maka kita perlu merasakan bahwa
al-Qur’an diturunkan kepada kita dan pada saat ini. Ini bermakna bahwa
al-Qur’an benar-benar memberi petunjuk buat kita sekarang ini. Jadi, kita
benar-benar memfungsikan al-Qur’an sebagai kebutuhan yang sangat mendesak untuk
saat ini.
Al-Qur’an hanya akan menjadi mainan hidup saja
jika tidak diterima dengan hati yang suci.
يقولون بأفواههم ما ليس فى
قلوبهم
“Mereka mengatakan
dengan bibir apa yang tiada dalam hati mereka” (QS. Ali Imran, 3:167)
Jadi al-Qur’an akan dapat menjadi petunjuk, jika diterima dengan
hati yang suci:
ومن يؤمن بالله يهد قلبه
“Barang siapa beriman
kepada Allah, Ia akan memberi hidayah pada hatinya”. (QS. Al-Thaghabun, 64:11)
Menurut ajaran al-Qur’an, keberadaan iman,
taqwa, dan hidayah ditempatkan Allah di hati. Demikian juga puncak pengetahuan
tertinggi, yaitu wahyu, juga ditempatkan dalam hati. Itu sebabnya semua
kebaikan mucul dari hati yang suci dan tulus, seperti cinta, rahmah, toleran,
ketenangan, kedamaian, kesucian, dan semua sifat terpuji.
Sebaliknya, pada hati itu pula tersimpannya
kekafiran, kebodohan, kebencian, kesombongan, kekerasan, kedengkian,
kegoncangan, kegelisahan, ketakutan dan semua sifat tercela. Sifat dan
perbuatan terpuji muncul dari hati yang sehat (qalb salim), sedangkan sifat dan
perbuatan tercela mucul dari hati yang mengidap penyakit.
فى قلوبهم مرض فزادهم الله
مرضا ولهم عذاب أليم بما كانوا يكذبون
“Dalam hati mereka
terdapat penyakit lalu Allah menambahkan penyakit itu, dan bagi mereka siksa
yang pedih atas apa yang mereka dustakan” (QS. Al-Baqarah, 2;10)
Dari penyakit-penyakit hati inilah timbul
kerusakan hidup, kerusakan bangsa dan negara. Untuk pengobatannya, tidak ada
jalan, kecuali kembali kepada al-Qur’an dengan hati yang tulus dan suci.
Al-Qur’an adalah obat untuk kehidupan ini, karena itu kembalilah kepada
al-Qur’an, jika ingin hidup tenang, damai dan aman. (Zuhri).
DO’A YANG MUSTAJABAH
Kumpulan Doa-doa Mustajab - Setiap hari, setiap waktu, kita selalu berdoa.
Tapi apakah doa-doa yang kita panjatkan itu akan terkabul?“Wallahu ‘A’lam”. Tapi, ternyata untuk mendapatkan doa mustajabatau doa yang cepat terkabul, ada waktunya
tersendiri. Namun demikian, bukan berarti diluar waktu doa yang mustajab manjur tersebut kita tidak berdoa dan memohon kepada
Allah SWT. Kita sebagai hamba-Nya hanya bisa berdoa dan berusaha, sedangkan
yang menentukan adalah Allah SWT. Allah SWT telah memerintahkan hamba-Nya untuk
berdoa, sebagaimana Firman-Nya dalam Q.S Al-Mukmin :
“Dan Tuhanmu berfirman,
‘Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya
orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka
Jahannam dalam keadaan hina dina’”. (QS. Al-Mukmin 40: 60)
Untuk itu, marilah kita jangan sungkan-sungkan untuk selalu
berdoa, meminta kepada Allah agar kita terjaga dari godaan-godaan syaitan yang
terkutuk, selamat dunia akhirat, menjadi manusia yang berguna, berbakti kepada
nusa, bangsa serta agama. Dan dibawah ini merupakan kumpulan waktu
doa mustajab atau waktu-waktu dimana
doa kita mudah dikabulkan serta dilengkapi dengan hadist-hadits yang
menerangkan tentang doa mustajab.
1. Do’a Seorang Muslim Untuk Saudaranya Tanpa
Dia Ketahui
Diriwayatkan dari Abu Darda’ ra., bahwasanya ia berkata, “Apabila seorang Muslim mendo’akan saudaranya tanpa sepengetahuannya, maka pasti malaikat yang ditugaskan (kepadanya) akan mengucapkan, “Engkaupun akan mendapatkan yang semisalnya”. (HR. Muslim)
Diriwayatkan dari Abu Darda’ ra., bahwasanya ia berkata, “Apabila seorang Muslim mendo’akan saudaranya tanpa sepengetahuannya, maka pasti malaikat yang ditugaskan (kepadanya) akan mengucapkan, “Engkaupun akan mendapatkan yang semisalnya”. (HR. Muslim)
2. Do’a Orang Yang Teraniaya
Ketika Rasulullah SAW mengutus Mu’adz ke Yaman, beliau bersabda kepadanya, “Takutlah kalian terhadap do’a orang yang dizhalimi, karena tidak ada hijab antara do,a itu dengan Allah” (HR. Bukhari)
Ketika Rasulullah SAW mengutus Mu’adz ke Yaman, beliau bersabda kepadanya, “Takutlah kalian terhadap do’a orang yang dizhalimi, karena tidak ada hijab antara do,a itu dengan Allah” (HR. Bukhari)
3. Do’a Orang Tua Untuk Anaknya
4. Do’a Seorang Musafir
Dari Abu Hurairah ra., ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Ada tiga do’a mustajab yang tidak diragukan lagi, yaitu do’a orang yang teraniaya, do’a musafir, dan do,a orang tua untuk anaknya” (HR. Tirmidzi, dll. Dinilai hasan oleh al-Albani)
Dari Abu Hurairah ra., ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Ada tiga do’a mustajab yang tidak diragukan lagi, yaitu do’a orang yang teraniaya, do’a musafir, dan do,a orang tua untuk anaknya” (HR. Tirmidzi, dll. Dinilai hasan oleh al-Albani)
5. Do’a Orang Yang Berpuasa Ketika Berbuka
6. Do’a Pemimpin Yang Adil
Dari Abu Hurairah ra., secara marfu’, “Ada tiga golongan yang do’anya tidak ditolak, orang yang berpuasa hingga berbuka, do’a pemimpin yang adil dan do’a orang yang teraniaya. Allah akan mengangkat do’a mereka ke atas awan, membukakan pintu-pintu langit untuknya, dan berfirman, ‘Demi kemuliaan-Ku, sungguh, Aku akan menolongmu walaupun dengan selang waktu’” (HR. Tirmidzi, dll. Dinilai hasan oleh al-Albani)
Dari Abu Hurairah ra., secara marfu’, “Ada tiga golongan yang do’anya tidak ditolak, orang yang berpuasa hingga berbuka, do’a pemimpin yang adil dan do’a orang yang teraniaya. Allah akan mengangkat do’a mereka ke atas awan, membukakan pintu-pintu langit untuknya, dan berfirman, ‘Demi kemuliaan-Ku, sungguh, Aku akan menolongmu walaupun dengan selang waktu’” (HR. Tirmidzi, dll. Dinilai hasan oleh al-Albani)
7. Doa Anak Shaleh
Disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh
Abu Hurairah ra., “Apabila manusia mati, maka terputuslah amalnya kecuali tiga
perkara, yaitu sedekah jariyyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang shalih
yang mendo’akan orang tuanya” (HR. Muslim)
8. Do’a Orang Yang Berada Dalam Keadaan Darurat
Allah SWT berfirman: “Atau siapakah yang memperkenankan (do’a) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdo’a kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya)”. (QS. An-Naml 27: 62)
Allah SWT berfirman: “Atau siapakah yang memperkenankan (do’a) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdo’a kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya)”. (QS. An-Naml 27: 62)
9. Do’a Orang Yang Tidur Dalam Keadaan Suci Dan
Berdzikir
Dari Mu’adz bin Jabal, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Apabila seorang muslim tidur dalam keadaan berdzikir dan suci, lalu terbangun di malam hari, kemudian berdo’a kepada Allah SWT meminta kebaikan dunia dan akhirat, maka pasti Allah akan memberikan kepadanya”. (HR. Abu Dawud dan Ahmad, dinyatakan Shahih oleh al-Albani)
Dari Mu’adz bin Jabal, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Apabila seorang muslim tidur dalam keadaan berdzikir dan suci, lalu terbangun di malam hari, kemudian berdo’a kepada Allah SWT meminta kebaikan dunia dan akhirat, maka pasti Allah akan memberikan kepadanya”. (HR. Abu Dawud dan Ahmad, dinyatakan Shahih oleh al-Albani)
10. Berdo’a Dengan Menggunakan Do’a Dzun Nun
(Do’a Nabi Yunus alaihissalam)
Dari Sa’ad bin Abi Waqash ra., ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Do’a Dzun Nun (Nabi Yunus alaihissalam) ketika berada di dalam perut ikan: ‘Laa ilaaha illaa anta subhaanaka innii kuntu min Azh-zhaalimiin’. Jika seorang berdo’a dengannya memohon sesuatu, niscaya Allah akan mengabulkannya’” (HR. Tirmidzi dll., dinyatakan shahih oleh al-Albani)
Dari Sa’ad bin Abi Waqash ra., ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Do’a Dzun Nun (Nabi Yunus alaihissalam) ketika berada di dalam perut ikan: ‘Laa ilaaha illaa anta subhaanaka innii kuntu min Azh-zhaalimiin’. Jika seorang berdo’a dengannya memohon sesuatu, niscaya Allah akan mengabulkannya’” (HR. Tirmidzi dll., dinyatakan shahih oleh al-Albani)
11. Do’a Orang Yang Terbangun Di Malam Hari
Dengan Do’a Yang Ma’tsur
Dari Ubadah bin Shamit ra., dari nabi Muhammad
SAW, bahwasanya beliau bersabda, “Brangsiapa yang terjaga di malam hari, lalu
mengucapkan: ‘Laa ilaaha illallaahu wahdahuu laa syariika lah, lahul mulku
walahul hamdu, wahuwaa ‘alaa kulli syai’in qadiir, Alhamdulillaah,
wasubhanallaah, wa laa ilaaha illallaah, wallahu akbar, wa laa haula wa laa
quwwata illaa billaah’ (Tidak ada Tuhan selain Allah semata, tidak ada sekutu
bagi-Nya. Bagi-Nyalah seluruh kerajaan dan bagi-Nya pula segala pujian. Dia
Maha Kuasa atas segala sesuatu. Segala puji bagi Allah, Maha Suci Allah, tidak
ada Tuhan selalin Allah, Allah Maha Besar. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali
dengan pertolongan Allah). Kemudian mengucapkan: ‘Allahummaghfir lii’ (Ya
Allah, ampunilah aku). Atau do’a yang lain, niscaya akan dikabulkan do’anya.
Jika ia berwudhu’ dan shalat, maka diterimalah shalatnya” (HR. Bukhari, dll)
12. Do’a Anak Yang Berbakti Kepada Kedua Orang
Tuanya
Dari Abu Hurairah ra., ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat seorang hamba yang shalih di surga, lalu ia bertanya, ‘Dari mana aku memperoleh derajat ini?’. Allah SWT berfirman, ‘Dengan permohonan ampun anakmu untukmu’” (HR. Ahmad, sanadnya dinyatakan shahih olh Ibnu Katsir)
Dari Abu Hurairah ra., ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat seorang hamba yang shalih di surga, lalu ia bertanya, ‘Dari mana aku memperoleh derajat ini?’. Allah SWT berfirman, ‘Dengan permohonan ampun anakmu untukmu’” (HR. Ahmad, sanadnya dinyatakan shahih olh Ibnu Katsir)
13. Do’a Orang Yang Menunaikan Haji, Umrah Dan
Berperang Di Jalan Allah SWT
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar ra., dari Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda, “Orang yang berperang di jalan Allah, orang yang menunaikan haji, dan orang yang menunaikan umrah adalah utusan-utusan yang menghadap kepada Allah. Mereka dipanggil oleh-Nya, lalu mereka memenuhi panggilan-Nya, dan mereka pun meminta kepada-Nya, maka Allah akan memberinya” (HR. Ibnu Majah, dinyatakan hasan oleh al-Albani)
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar ra., dari Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda, “Orang yang berperang di jalan Allah, orang yang menunaikan haji, dan orang yang menunaikan umrah adalah utusan-utusan yang menghadap kepada Allah. Mereka dipanggil oleh-Nya, lalu mereka memenuhi panggilan-Nya, dan mereka pun meminta kepada-Nya, maka Allah akan memberinya” (HR. Ibnu Majah, dinyatakan hasan oleh al-Albani)
14. Do’a Orang Yang Banyak Berdzikir Kepada
Allah SWT
Dari Abu Hurairah ra., dari Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda, “Ada tiga golongan yang do’anya tidak akan ditolak, yaitu orang yang banyak berdzikir kepada Allah, orang yang teraniaya, dan pemimpin yang adil” (HR. al-Baihqi dan ath-Thabrani, dinyatakan hasan oleh al-Albani)
Dari Abu Hurairah ra., dari Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda, “Ada tiga golongan yang do’anya tidak akan ditolak, yaitu orang yang banyak berdzikir kepada Allah, orang yang teraniaya, dan pemimpin yang adil” (HR. al-Baihqi dan ath-Thabrani, dinyatakan hasan oleh al-Albani)
15. Do’a Orang Yang Dicintai Dan Diridhai Oleh
Allah SWT
Dari Abu Hurairah ra., ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah SWT berfirman, ‘Barangsiapa memusuhi kekasih-Ku, maka sungguh Aku menyatakan perang dengannya. Hamba-Ku tidak akan dapat mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku sukai daripada apa yang telah Aku wajibkan kepadanya. Hamba-Ku terus mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan amalan-amalan nafil, sehingga Aku mencintainya. Maka jika Aku telah mencintainya, Aku akan menjadi pendengarannya yang dengannya ia mendengar, penglihatannya yang dengannya ia melihat, tangannya yang dengannya ia memegang dan kakinya yang dengannya ia berjalan. Jika ia meminta kepada-Ku, pasti Aku akan memberinya. Jika ia memohon perlindungan kepada-Ku, pasti Aku akan melindunginya. Aku tidak pernah ragu-ragu dalam sesuatu yang Aku kerjakan seperti keraguan-Ku untuk mencabut nyawa seorang mukmin. Hal itu karena ia tidak suka mati, sedangkan Aku tidak suka keburukan terjadi kepadanya’” (HR. Bukhari)
Dari Abu Hurairah ra., ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah SWT berfirman, ‘Barangsiapa memusuhi kekasih-Ku, maka sungguh Aku menyatakan perang dengannya. Hamba-Ku tidak akan dapat mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku sukai daripada apa yang telah Aku wajibkan kepadanya. Hamba-Ku terus mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan amalan-amalan nafil, sehingga Aku mencintainya. Maka jika Aku telah mencintainya, Aku akan menjadi pendengarannya yang dengannya ia mendengar, penglihatannya yang dengannya ia melihat, tangannya yang dengannya ia memegang dan kakinya yang dengannya ia berjalan. Jika ia meminta kepada-Ku, pasti Aku akan memberinya. Jika ia memohon perlindungan kepada-Ku, pasti Aku akan melindunginya. Aku tidak pernah ragu-ragu dalam sesuatu yang Aku kerjakan seperti keraguan-Ku untuk mencabut nyawa seorang mukmin. Hal itu karena ia tidak suka mati, sedangkan Aku tidak suka keburukan terjadi kepadanya’” (HR. Bukhari)
16. Orang Yang Memperbanyak Berdoa Pada Saat
Lapang Dan Bahagia
Dari Abu Hurairah ra., bahwasanya Rasulullah SAW bersabda. “Barangsiapa yang ingin doanya terkabul pada saat sedih dan susah, maka hendaklah memperbanyak berdoa pada saat lapang”. (HR. Tirmidzi, dan al-Hakim. Dishahihkan oleh Imam Dzahabi dan di hasankan oleh Al-Albani).
Dari Abu Hurairah ra., bahwasanya Rasulullah SAW bersabda. “Barangsiapa yang ingin doanya terkabul pada saat sedih dan susah, maka hendaklah memperbanyak berdoa pada saat lapang”. (HR. Tirmidzi, dan al-Hakim. Dishahihkan oleh Imam Dzahabi dan di hasankan oleh Al-Albani).
Syaikh Al-Mubarak Furi berkata bahwa makna
hadits di atas adalah hendaknya seseorang memperbanyak doa pada saat sehat,
kecukupan dan selamat dari cobaan, sebab ciri seorang mukmin adalah selalu
dalam keadaan siaga sebelum membidikkan panah. Maka sangat baik jika seorang
mukmin selalu berdoa kepada Allah sebelum datang bencana berbeda dengan orang
kafir dan zhalim sebagaimana firman Allah SWT.
“Dan apabila manusia itu
ditimpa kemudharatan, dia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali
kepada-Nya ; kemudian apabila Tuhan memberikan nikmat-Nya kepadanya lupalah dia
akan kemudharatan yang pernah dia berdoa (kepada Allah) untuk
(menghilangkannya) sebelum itu”. (QS. Az-Zumar : 8).
Dan firman Allah SWT:
“Dan apabila manusia
ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau
berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali)
melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami
untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya”. (QS. Yunus : 12)
17. Doa Orang Dalam Keadaan Terpaksa.
Allah SWT berfirman. “Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepadanya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi ? Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu menginga(Nya)”. (QS. An-Naml : 62)
Allah SWT berfirman. “Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepadanya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi ? Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu menginga(Nya)”. (QS. An-Naml : 62)
Imam As-Syaukani berkata bahwa ayat diatas
menjelaskan betapa manusia sangat membutuhkan Allah dalam segala hal terlebih
orang yang dalam keadaan terpaksa yang tidak mempunyai daya dan upaya. Sebagian
ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan orang terpaksa adalah orang-orang
yang berdosa dan sebagian yang lain berpendapat bahwa yang dimaksud terpaksa
adalah orang-orang yang hidup dalam kekurangan, kesempitan atau sakit, sehingga
harus mengadu kepada Allah. Dan huruf lam dalam kalimat Al-Mudhthar untuk
menjelaskan jenis bukan istighraq (keseluruhan). Maka boleh jadi ada sebagian
orang yang berdoa dalam keadaan terpaksa tidak dikabulkan dikarenakan adanya
penghalang yang menghalangi terkabulnya doa tersebut. Jika tidak ada
penghalang, maka Allah telah menjamin bahwa doa orang dalam keadaan terpaksa
pasti dikabulkan. Yang menjadi alasan doa tersebut dikabulkan karena kondisi
terpaksa bisa mendorong seseorang untuk ikhlas berdoa dan tidak meminta kepada
selain-Nya.
0 komentar:
Posting Komentar